Nikon D3500 review dan Potrait

 Nikon D3500 adalah sebuah kamera DSLR entry level dengan format DX. Bagi yang tidak familiar dengan format-format di kamera Nikon, format DX berarti merujuk ke ukuran sensor yang berukuran APS-C, yaitu sekitar 24x16 mm. Dibandingkan dengan format FX (Full frame) yang memiliki sensor sebesar 24x36mm. 


Perbandingan ukuran sensor. Image from : Photoseek.com


Seperti terlihat di gambar atas, Nikon DX berarti memiliki crop factor sebesar 1,5x. Implikasi dari crop factor adalah, apabila kita menggunakan lensa FX (full frame lense) di kamera Nikon format DX, ambil contoh kita menggunakan lensa FX 50 mm. Maka akan setara menjadi 75 mm di kamera DX, alias akan lebih nge-zoom, dan area gambarnya akan lebih sempit, dibandingkan apabila menggunakan lensa FX di body FX di jarak yang sama.

Nikon D3500 diumumkan pada tanggal 30 Agustus 2018, dimana official release-nya sebulan kemudian di 20 September 2018. Jadi sudah sekitar 3 tahun lalu. Ini merupakan seri lanjutan dari pendahulunya Nikon D3400 yang sudah release pada 17 agustus 2016, jadi beda 2 tahun. 


Tampak Depan. Image from: Nikon.co.id





Tampak Belakang. Image from : nikon.co.id


Hal pertama yang akan kita notice dari body Nikon D3500 adalah ukurannya yang relatif kecil, dan ringan. Beratnya hanya 365 gram body only. Bahkan dibandingkan dengan kamera mirrorless, seperti Fujifilm XT10, masih ringanan kamera Nikon D3500. Fujifilm XT10 memiliki berat 381 gram body only.

Namun dikarenakan entry level kamera, hampir seluruh bodnya terbuat dari plastik dan karet, dengan minim logam. Nikon D3500 masih mengusung effective pixel count sebesar 24,2 megapixel, tidak berubah dari pendahulunya Nikon D3400. Processornya juga masih menggunakan Expeed 4. Sensitivitas ISOnya berada di rentang ISO100-25,600. Namun bagi saya pribadi hanya usable sampai dengan ISO 6,400. Di atas itu terlalu grainy dan kurang layak untuk dapat dipakai. 

Max shooting ratenya berada di 5fps, dimana cukup baik untuk kamera dengan harga seperti itu. Lebih baik dari rival terdekatnya Canon EOS rebel T7 dengan 3fps.

Kelebihan kamera ini menurut saya setelah pemakaian hampir 2 tahun ini antara lain:

1. Ukuran yang kecil dan tidak berat, jadi mudah untuk dibawa-bawa seharian, even lebih ringan dibanding beberapa kamera mirrorless, yang notabene diagung-agungkan karena ringan. meskipun tentu secara ukuran lebih besar sedikit, dikarenakan untuk mengcover mekanisme lensa.

2. Baterai yang super hemat, dikatakan bisa sampai dengan 1550 kali shot dalam sekali charge. Ini jauh lebih baik dibandingkan any mirrorless camera, bahkan yang terbaiknya Olympus EM1X dengan 2 baterai hanya mencapai 870 shots. Hal ini tentu dikarenakan kamera masih menggunakan pentamirror untuk viewvindernya sehingga sangat menghemat baterai.

3. Kualitas gambar yang sangat baik. Bahkan saat menggunakan lensa kitnya. Sebenarnya terdapat 2 pilihan lensa kit, yakni AF-P DX Nikkor 70-300mm F/4.5-6.3G ED, dan AF-P DX Nikkor 18-55mm F/3.5-5.6G VR. Saya pribadi lebih memilih yang 18-55 mm, dikarenakan ada fungsi VR ( Vibration Reduction). Lensa Zoom tanpa VR adalah sebuah nightmare.

4. Penggunaan sangat simple, interface menu juga sangat to the point. Kamera yang bagus untuk pemula, bahkan ada menu guidance yang sangat perfect untuk yang benar-benar pemula. Namun tetap ada menu-menu professional yang dapat mengatur seluruhnya ( dari aperture, ISO, shutter speed) untuk pengguna yang lebih mahir.

5. compatible dengan lensa-lensa nikon DX dan FX. Namun dikarenakan tidak adanya motor di dalam body kamera, usahakan untuk membeli lensa yang sudah ada motornya supaya bisa autofocus. Seperti saya sendiri membeli lensa tambahan AF-S Nikkor 50mmf/1.8G. Usahakan untuk membeli seri G, dikarenakan ada motornya. Meskipun lebih mahal sedikit dibandingkan seri D.


6. Harga yang cenderung murah. Saat muncul pertama kali dibanderol beserta 1 kit lens seharga USD 499. Kalau sekarang dicoba cari di online shop, bisa dapat dengan harga sekitar 5 jutaan.

Saya sendiri sangat suka memakai kamera ini, dan sedikit malas membahas kekurangannya. Namun tidak dapat dipungkiri memang ada kekurangan yang bisa cukup menganggu. Kekurangan -kekurangan yang kurasakan antara lain:

1. layar lcd tidak dapat diputar sama sekali alias fixed. Ini cukup menyusahkan apabila ingin mengambil foto dengan angle dari bawah.

2. Ukuran viewfinder terlalu kecil

3. tidak ada wifi. Mengirim foto sedikit susah dan lama ( unless bawa otg atau laptop) karena hanya menggunakan bluetooth. Almost impossible bahkan untuk mengirim foto ukuran asli.

4. tidak ada 4k. Aku sendiri bukan seorang yang suka mengambil video, jadi pribadi aku tidak begitu masalah. Namun bila ingin mengambil video dengan kamera ini, cukup pain in the ass, karena tidak ada vibration reduction. So harus juga pake stablizer tambahan. Selain tentunya juga tidak 4k. Lalu juga tidak dapat mengattach mikrophone tambahan.

Tapi balik lagi untukku pribadi aku lebih suka still photography, dan kamera ini cukup perfect bagiku. Dan dengan membeli tambahan lensa 50mm f.1.8, sudah sangat mumpuni dan dapat diandalkan untuk melakukan foto model maupun foto potrait.

Bagiku pribadi dan sesuai pengalaman, untuk melakukan foto potrait, beberapa hal penting yang perlu dipertimbangkan adalah

1. lensa dan kualitas lensa. Memang benar kamera terbaik adalah kamera yang kamu punyai. Namun tidak memungkiri kualitas dan spesifikasi lensa juga cukup menentukan dan memudahkan untuk mendapatkan foto yan gberkualitas. Aku pribadi berpikir lensa 50 mm, atau 75 mm cukup sempurna untuk melakukan foto potrait dan model. Lensa fixed 50 mm dengan bukaan lebar (seperti 1.8) memungkinkan untuk dapat mengambil foto potrait dengan background yang bokeh. Lensa fixed juga lebih preferable dikarenakan lebih tajam ( dikarenakan tidak ada komponen lensa yang dapat bergerak). 

2. Lighting. Minimal ada satu flash. Aku sendiri tidak terlalu sering memakai flash, dan lebih cenderung menggunakan cahaya natural. Namun flash cukup diperlukan apabila ingin mendapatkan efek2 atau teknik tertentu seperti low key. 

3. the eye. bagiku mata manusia adalah objek yang sangat bagus untuk difoto, karena dapat menusuk hati dan bercerita banyak. Aku sendiri suka melakukan foto potrait yang fokus terhadap tatapan dari modelnya.

4. Jangan selalu mengejar bokeh. Apabila backgroundnya bagus gunakan juga dalam foto. Kesalahan orang yang paling sering dilakukan adalah bokeh fanatic, dan melupakan bahwa backgroundnya juga bagus. Aku sendiri jujurnya juga sering melakukan kesalahan ini, hehe

Berikut adalah beberapa hasil fotoku dengan menggunakan Nikon D3500, lensa AF-S Nikkor 50mmf/1.8G. Aku seringkali menggunakan lensa ini, karena hanya lensa inilah yang kupunya disamping lensa kit. :D. Lensa ini berkualitas sangat baik dengan harga yang cukup terjangkau. Harganya kalau sekarang-sekarang ini sekitar 2,5 jutaan. Saran saya lebih baik menggunakan lensa nikon asli, dibandingkan dengan lensa yang lebih murah seperti Yongnuo. Karena belum tentu compatible untuk autofocusnya.

Maaf jadi kepanjangan bercerita. Tanpa tunda lagi, berikut adalah beberapa hasil fotonya. Untuk semua foto ini adalah asli tanpa edit apapun. Oh ya file raw dari nikon adalah .NEF. Bisa diedit dengan aplikasi dari Nikon sendiri, ataupun menggunakan Adobe lightroom.


Model: Angel. Fstop 1.8, ISO 3200, 1/640sec, no flash


Model: unknown F/1.8 ISO 200, 1/125sec no flash, metering: spot

Model Widi. F/1.8 ISO 3200 1/500sec no flash, metering: spot



Untuk semua foto di atas adalah foto asli tanpa edit apapun







Komentar